Pages

Sunday, April 21, 2013

CERBUNG(2)

 CERBUNG(2) 

Bagus!
Sekarang Sylla mengusir Amy. Bodohnya lagi ia mau saja diperlakukan seperti itu. Aku bukannya tidak merasa kasihan, tapi aku lebih kesal mengapa ada orang yang terlalu baik dan bodoh yang merelakan dirinya dihina dan diperlakukan semena-mena!? Dan aku bukan termasuk orang seperti itu. Aku tidak akan membiarkan siapapun melakukannya padaku! Terutama Sylla!
Akhirnya aku berdiri, menarik Amy duduk denganku.
“ah, serasi sekali! Dua orang pecundang yang akrab!” Sylla berceloteh. Aku diam.
“ada apa Mille? Kehabisan kata-kata?” ia melambai-lambaikan tangan didepan wajahku. Aku akan mematahkan lehernya!
“kurasa ibumu tidak cukup pandai mengajarimu bicara! Oh astaga... aku lupa beliau itu cacat ya... hahahahahahaaa!!!”
DZIINGG!
Aku meninju wajahnya. Sungguh aku meninju wajahnya!
Darah segar keluar dari ujung bibir dan hidungnya. Ia menangis. Dan aku yakin pukulanku terasa sakit.
“jika kau berkata seperti itu lagi, kau yang akan ku buat cacat hingga mati!”  kata-kataku memang kasar. Tapi, bagiku itu tidak sebanding dengan ia menghina ibuku!
Aku turun dari bus sekolah, setelah hal yang terjadi barusan, kurasa pak sopir membiarkanku turun.
Ini jam sekolah, tapi aku bolos. Kurasa aku memang membutuhkan ini. Jadi aku pergi ke perpustakaan kota agar tidak tertangkap polisi patroli. Ini masih terlalu pagi, jadi belum buka. Aku akan menunggu.
Pukul 8.00 penjaga perpustakaan baru tiba.
“apa yang kau lakukan disini, Mille?”
“ah, aku ingin meminjam beberapa buku, Nyonya Bart”
“apa kau tidak sekolah?”
aku hanya tersenyum.
“oh, baiklah. Ayo masuk, aku membawa beberapa buah biscuit coklat dan teh lemon”
“kebetulan sekali, aku lapar”
Nyonya Bart memang baik. Ia teman nenekku, sejak dahulu ia selalu mengajakku ke taman kota untuk bermain sepatu roda dan melihat pemain skate board. Dihari ulang tahunku yang ke-12, nenek, Nyonya Bart dan Mom membelikanku papan skate-board. Aku terharu sekali terutama saat mengetahui bahwa mereka menggabungkan uang mereka untuk papan luncur ini. Terimakasih semuanya.
“mengapa kau melamun Mille?” Nyonya Bart melambai dihadapan wajahku.
“apa kau sakit?” sekarang ia meraba keningku.
“ah, tidak Nyonya Bart. Aku terlalu menikmati biscuit ini. Enak sekali”
“wah, terimakasih. Kalau begitu makanlah lagi. Aku akan memeriksa rak pengembalian. Siapa tau ada yang mengembalikan buku setelah tutup” kemudian Ia bangkit dan berjalan keluar.
Beberapa menit kemudian Ia kembali dengan tumpukkan buku di kedua tangannya.
“biar kubantu.” Aku bangkit dan mengambil beberapa buah buku dari tangannya.
“para mahasiswa itu selalu saja terlambat mengembalikan buku” Nyonya Bart tersenyum padaku.
Aku membantunya merapikan buku sesuai jenisnya. Kamus bahasa di barisan tingkat pertama, karangan ilmiah yang kedua, kemudian ensiklopedia, lalu kamus sains dan sebagainya. Buku itu menempati rak-rak bersusun hingga hampir menyentuh atap. Belum lagi jumlah rak disini tidak hanya satu. Tetapi banyak sekali! Kurasa lebih dari 10 rak!
Bayangkan betapa repotnya untuk menyusun semua itu. Aku kagum pada Nyonya Bart.
“apa kau tidak kesulitan dengan semua buku ini, Nyonya Bart?”
“awalnya memang sulit, tapi aku sudah terbiasa”
“aku membayangkan bila seluruh rak ini jatuh. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyusunnya kembali?! Waah... mungkin aku akan menjumpai natal 2 kali baru selesai!”
“hahahaa, kau hanya butuh waktu 2 minggu penuh, sayang”
“benarkah? Aku tidak yakin”
“tentu, aku pernah melakukannya”
Mataku membelalak. Tidak mungkin!
“waktu itu seorang mahasiswa berusaha mengambil buku ditingkat paling atas, ia menggunakan tangga beroda disana. Karena tidak hati-hati ia jatuh dan seluruh rak saling menimpa. Seperti permainan domino! Bum! Bum! Bumm!”
Ckckckc....

Wanna see previous story? >> Milley's Life #1

No comments:

Post a Comment