CERBUNG(2)
Bagus!
Sekarang Sylla mengusir Amy. Bodohnya
lagi ia mau saja diperlakukan seperti itu. Aku bukannya tidak merasa kasihan,
tapi aku lebih kesal mengapa ada orang yang terlalu baik dan bodoh yang
merelakan dirinya dihina dan diperlakukan semena-mena!? Dan aku bukan termasuk
orang seperti itu. Aku tidak akan membiarkan siapapun melakukannya padaku!
Terutama Sylla!
Akhirnya aku berdiri, menarik Amy duduk
denganku.
“ah, serasi sekali! Dua orang pecundang
yang akrab!” Sylla berceloteh. Aku diam.
“ada apa Mille? Kehabisan kata-kata?” ia
melambai-lambaikan tangan didepan wajahku. Aku akan mematahkan lehernya!
“kurasa ibumu tidak cukup pandai
mengajarimu bicara! Oh astaga... aku lupa beliau itu cacat ya...
hahahahahahaaa!!!”
DZIINGG!
Aku meninju wajahnya. Sungguh aku
meninju wajahnya!
Darah segar keluar dari ujung bibir dan
hidungnya. Ia menangis. Dan aku yakin pukulanku terasa sakit.
“jika kau berkata seperti itu lagi, kau
yang akan ku buat cacat hingga mati!”
kata-kataku memang kasar. Tapi, bagiku itu tidak sebanding dengan ia
menghina ibuku!
Aku turun dari bus sekolah, setelah hal
yang terjadi barusan, kurasa pak sopir membiarkanku turun.
Ini jam sekolah, tapi aku bolos. Kurasa
aku memang membutuhkan ini. Jadi aku pergi ke perpustakaan kota agar tidak
tertangkap polisi patroli. Ini masih terlalu pagi, jadi belum buka. Aku akan
menunggu.
Pukul 8.00 penjaga perpustakaan baru
tiba.
“apa yang kau lakukan disini, Mille?”
“ah, aku ingin meminjam beberapa buku,
Nyonya Bart”
“apa kau tidak sekolah?”
aku hanya tersenyum.
“oh, baiklah. Ayo masuk, aku membawa
beberapa buah biscuit coklat dan teh lemon”
“kebetulan sekali, aku lapar”
Nyonya Bart memang baik. Ia teman
nenekku, sejak dahulu ia selalu mengajakku ke taman kota untuk bermain sepatu
roda dan melihat pemain skate board. Dihari ulang tahunku yang ke-12, nenek,
Nyonya Bart dan Mom membelikanku papan skate-board. Aku terharu sekali terutama
saat mengetahui bahwa mereka menggabungkan uang mereka untuk papan luncur ini.
Terimakasih semuanya.
“mengapa kau melamun Mille?” Nyonya Bart
melambai dihadapan wajahku.
“apa kau sakit?” sekarang ia meraba
keningku.
“ah, tidak Nyonya Bart. Aku terlalu
menikmati biscuit ini. Enak sekali”
“wah, terimakasih. Kalau begitu makanlah
lagi. Aku akan memeriksa rak pengembalian. Siapa tau ada yang mengembalikan
buku setelah tutup” kemudian Ia bangkit dan berjalan keluar.
Beberapa menit kemudian Ia kembali
dengan tumpukkan buku di kedua tangannya.
“biar kubantu.” Aku bangkit dan
mengambil beberapa buah buku dari tangannya.
“para mahasiswa itu selalu saja
terlambat mengembalikan buku” Nyonya Bart tersenyum padaku.
Aku membantunya merapikan buku sesuai
jenisnya. Kamus bahasa di barisan tingkat pertama, karangan ilmiah yang kedua,
kemudian ensiklopedia, lalu kamus sains dan sebagainya. Buku itu menempati
rak-rak bersusun hingga hampir menyentuh atap. Belum lagi jumlah rak disini
tidak hanya satu. Tetapi banyak sekali! Kurasa lebih dari 10 rak!
Bayangkan betapa repotnya untuk menyusun
semua itu. Aku kagum pada Nyonya Bart.
“apa kau tidak kesulitan dengan semua
buku ini, Nyonya Bart?”
“awalnya memang sulit, tapi aku sudah
terbiasa”
“aku membayangkan bila seluruh rak ini
jatuh. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyusunnya kembali?! Waah...
mungkin aku akan menjumpai natal 2 kali baru selesai!”
“hahahaa, kau hanya butuh waktu 2 minggu
penuh, sayang”
“benarkah? Aku tidak yakin”
“tentu, aku pernah melakukannya”
Mataku membelalak. Tidak mungkin!
“waktu itu seorang mahasiswa berusaha
mengambil buku ditingkat paling atas, ia menggunakan tangga beroda disana.
Karena tidak hati-hati ia jatuh dan seluruh rak saling menimpa. Seperti
permainan domino! Bum! Bum! Bumm!”
Ckckckc....
Wanna see previous story? >> Milley's Life #1
No comments:
Post a Comment